SDFK #DANAU INI,... #
Danau ini begitu memuja bulan,
Selalu ingin menelannya utuh
Tanpa menghancurkan dalam riak-riak
Ketika dedaunan meluruh, dan
Angin bercengkrama serupa angsa-angsa
Kita mematung dalam perahu
Yang kehilangan sauh
Lalu senyap begitu sengit memasung malam
Gelapnya kerap menyembunyikan jejak
Tidak ada kayuh,
Hanya udara yang jatuh,
Dalam resah yang rekat pada bulir air dukamu
SDFK #
kemarin #
Kemarin, jejak kakimu digenangi air hujan,
Dan langkahmu diam-diam menjelma akar
Menyelusup pada rahim bumi, saling berkaitan..
Pada batu-batu dingin itu...
Tanpa permisi....
Lalu anginlah yang mampu tebarkan aromamu,
Dan menelanjangi senandungmu,
Begitulah kemudian kau mengubah rindu menjadi prasasti abadi
Mengakar; memahat relief paling sempurna
Di sini, dikedalaman semestaku...
Aduh gimana ya. Kalau menyimak acuan dari Liezbella Swansen, kata orang tulisan saya kadang kocak dan norak. Terkesan bercanda. Weww, kolapslah saya.
BalasHapusTapi rasanya tidak fair kalau saya menyerah begitu saja. Akan saya coba agar bisa masuk saja dulu. Semasa kecil 1969 saya pernah tinggal di Bandung, waktu itu saya suka berjalan. Coba ya saya akan guratkan kenangan masa itu. Misalnya saat desa Cisurupan Ujungberung ditingker sama gorombolan DI/TII. Boleh tidak yah neng?
BalasHapus/